Credit and Equity Analys


CREDIT
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah diperoleh oleh perusahaan. Dalam menganalisa dan meniai posisi keuangan dan hasil yang telah diperoleh serta prospeknya dimasa mendatang, faktor penting yang harus mendapat perhatian adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek (likuiditas), kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka panjang (solvabilitas), dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profitabilitas).
Demikian pula kreditor yang antara lain adalah bank pemberi pinjaman (bank loan). Sebelum memberi keputusannya memberi atau menolak atas suatu permohonan kredit mereka harus melakukan analisis laporan keuangan untuk memperkirakan risiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga yang ditentukan maupun melunasi pokok pinjamannya. Model analisis untuk kredit disebut dengan bank-ending decision model.
1.      PROSEDUR ANALISIS
Dalam melakukan penganalisisan terhadap laporan keuangan, penganalisa harus mampu memahami dan menjalankan tiap tahap dalam menganalisa laporan termasuk para kreditor sebagai pemberi pinajaman. Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan yaitu:

1.1.    Tujuan Analisis

Memfokuskan  informasi  apa yang penting untuk mengukur kemauan dan kemampuan peminjam. Tidak harus hanya terfokus pada issue-issue kondisi industri jangka panjang yang mempengaruhi kinerja peminjam dalam jangka panjang.
1.2.   Pertanyaan-pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan dalam langkah menganalisa adalah sebagai berikut:
·         Kemauan peminjam untuk mengembalikan pinjamannya
·         Kemampuan peminjam untuk memnuhi atau membayar kewajibannya baik itu berjangka pendek maupun panjang
·         Sumber dan penggunaan kas selama periode pinjaman

1.3.   Identifikasi efektifitas dan efisiensi alat analisis
Adapun alat-alat analisa yang digunakan berupa:
·         Ukuran kemampuan membayar kewajiban jangka pendek maupun panjang, kemampuan memperoleh laba
·         Ukuran efisiensi: perputaran piutang , persediaan, modal kerja
·         Estimasi arus kas: proforma analisis serta analisis rasio keuanagan lainnya
1.4.   Interpretasi
Dasar untuk pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan berikutnya berawal dari data dan hasil yang diinterpretasikan secara tepat. Interpretasi adalah langkah yang paling kritis dan sulit dalam analisis informasi keuangan. Kualitas interpretasi sangat tergantung pada ketepatan dalam mengidentifikasi tujuan analisis, formulasi pertanyaan dan kriterianya, dan pemilihan alat analisis  yang efisien dan efektif.
1.5.   Keputusan
Untuk dapat mencapai keputusan yang tepat dalam member atau menolak suatu permohonan kredit, dituntut untuk dapat mengintergrasikan dan mengevaluasi hasil analisis dengan menggunakan multi disiplin ilmu, memahami kelemahan laporan keuangan, disamping memperhatikan parameter peminjaman seperti jumlah peminjaman, tingkat bunga, syarat kredit, pola pembayaran kembali dan batasan atau limit kredit. Menurut Cohen (1966) dan Altman(1980) yang dikutip dari George Foster (1986), ada tiga langkah tentang keputusan kredit:

2.      ANALISIS PERMOHONAN KREDIT
Sumber informasi yang dapat diperoleh oleh analisis dalam keputusan pemberian pinjaman meliputi antara lain:
·         Permohonan kredit (loan applicant)
·         Arsip dan personalia pemberi kredit (lending instituation and personel)
·         Hasil penelitian eksternal (external surveys credit)
·         Pasar tenaga kerja, produk dan factor yang lain
·         Pasar modal (capital market)
·         Laporan industry dan ekonomi


3.      KEMAMPUAN MEMBAYAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Likuiditas aktiva jangka pendek atau aktiva lancer berkaitan erat dengan kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban atau utang jangka pendek sangat penting bagi semua pemakai laporan keuangan, khususnya bagi para calon pemberi pinjaman jangka pendek. Kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya dapat dilihat dari aktiva lancar perusahaan tersebut. Aktiva lancar merupakan kas dan aktiva lain yang daripadanya akan dapat ditukarkan menjadi kas, dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal atau dalam satu tahun, mana yang lebih pendek. Adapun lima kategori aktiva yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar,yaitu:
·         Kas
·         Marketable Securities (surat berharga)
·         Piutang
·         Perputaran Piutang
4.      PERSEDIAAN
Persediaan pada umumnya merupakan aktiva yang sangat penting dalam penentuan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek karena jumlahnya dapat lebih dari separuh total aktiva lancar.
4.1.   Harga Perolehan Persediaan
Pendekatan dasar untuk penilaian persediaan adalah biaya atau harga perolehan, namun penentuan akan menemui kesulitan. Karena sulitnya menentukan biaya atau harga perolehan suatu barang, maka digunakan anggapan aliran biaya (cost flow assumption) yaitu: first in first out (FIFO), last in frst out (LIFO).
4.2.   Day’s Sales Inventory
Rasio yang berkaitan dengan jumlah persediaan akhir tahun dengan rata-rata harga pokok penjualan (cost of goods sold) merupakan day’s sales inventory. Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menghabiskan persediaan melalui penjualan. Adapun formula untuk menghitung day’s sales inventory:
            Day’s Sales Inventory   =  Ending Inventory  :  (Cost of Goods Sold : 365)
4.3.   Inventory Turnover
Inventory turnover adalah rasio antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan, yang menunjukan berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan tersebut berputar dalam satu tahun atau selama kegiatan operasi normal, mana yang lebih lama.

Inventory Turnover in Days
Seperti halnya piutang, pada persediaan dapat juga dihitung perputarannya dalam satuan hari.
              Inventory Turnover in Days  =  Rata-rata persediaan  :  (harga pokok penjualan  : 365)
4.4.   Siklus Operasional
Siklus operasional adalah jangka waktu antara saat perolehan persediaan dan realisasi kas dari penjualan persediaan yang dapat dihitung dengan menjumlahkan turnover piutang (dalam hari) dengan turnover persediaan (dalam hari).
5.      PEMBAYARAN DIMUKA
Pembayaran dimuka (prepayment) adalah pembayaran yang telah dilakukan untuk sumberdaya yang diperkirakan akan dikonsumsi dalam periode operasi normal, yang pada umumnya merupakan bagian yang immaterial dibanding dengan total aktiva lancar, sehingga pengaruhnya juga kecil terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya.
6.      UTANG LANCAR
Utang lancar adalah kewajiban yang diperkirakan secara layak akan menggunakan sumberdaya yang termasuk kelompok aktiva lancar atau menimbulkan kewajiban lancar yang lain dalam operasi normal atau satu tahun, mana yang lebih panjang.
7.      KEMAMPUAN MEMBAYAR KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Dari informasi keuangan yang diperoleh, dapat dihitung rasio-rasio yang dapat mencerminkan kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, yaitu:
7.1.   Times Interest Earned
Ini merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dibandingkan dengan biaya bunga yang harus dibayar. Rasio ini diindikasikan untuk membayar kewajiban jangka panjang dari sudut pandang laporan rugi laba bagi perusahaan.
            Times Interest Earned  =  EBIT  :  Interest Expense
7.2.   Fixed Charge Coverage Ratio
Ini merupakan rasio untuk mengukur kemampuan membayar kewajiban jangka panjang berupa beban tetap yang terdiri bunga, sewa, dan beban tetap sejenisnya.
            Fixed Charge Coverage  =  (EBIT  +  Sewa)  :  (Beban Bunga  +  Sewa)

7.3.   Debt Ratio
Debt Ratio adalah perbandingan antara total utang perusahaan dengan total aktiva, yang mengindikasikan prosentase dari total aktiva yang dibiayai dari kreditor, dan hal tersebut akan membantu dalam menentukan seberapa jauh kreditor terlindungi jika terjadi insolvansi pada perusahaan tersebut.
7.4.   Debt Equity Ratio (DER)
Debt Equity Ratio adalah rasio antara total uang dengan total modal (share holders equity) yang memberikan indikasi tentang seberapa jauh kreditor terlindungi jika terjadi insolvensi.
8.      KEMAMPUAN MEMPEROLEH KEUNTUNGAN
Kemampuan memperoleh keuntungan atau profitabilitas merupakan salah satu faktor yang menarik bagi pemegang saham, karena akan memicu diperolehnya adanya penghasilan deviden yang dibayar dari keuntungan atau laba perusahaan tersebut.
8.1.   Ukuran Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya keuntungan yang diperolah dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi.
8.2.   Net Profit Margin
Net profit margin adalah keuntungan atau laba yang biasa digunakan (return on sales). Rasio ini menunjukan ukuran tentang jumlah rupiah laba bersih yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan.
8.3.   Total Assets Turnover
Ini merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menggunakan aktiva untuk mendapatkan jumlah rupiah penjualan, dan rasio ini juga digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva.
8.4.   Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total aktiva yang digunakan, menunjukan kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya untuk memperoleh laba.
            Return on Investment  =  Laba setelah pajak  :  Rata-rata total aktiva


8.5.   Return on Investment (ROI)
ROI adalah rasio antara keuntungan yang diperoleh (income earned) dengan modal yang diinvestasikan, baik modal sendiri maupun modal asing (utang jangka panjang).
ROI  =  {(Net Income  +  Interest) x (1 – Tax Rate)}  :  Average  (LTD  +  Modal)
8.6.   Self Sustainable Growth
Ini merupakan tingkat pertumbuhan penjualan maksimum yang dapat dicapai suatu perusahaan tanpa mengeluarkan saham baru tanpa mengubah kebijakan operasi maupun kebijakan pendanaan.

9.      ANALISIS PROFORMA
Ada beberapa teknik-teknis analisis untuk memperoleh data, yaitu sebagai berikut:
·         Analisis rasio keuangan proforma untuk menentukan kemampuan perusahaan, baik dalam membayar kewajiban jangka pendek, jangka panjang, maupun kemampuan memperoleh laba.
·         Peramalan arus kas, sehingga diketahui potensi dan kualitas kas masuk dan kas keluar baik dari aktifitas operasi, aktifitas investasi dan aktifitas pendanaan.
·         Analisis sumber dan penggunaan dana dengan format modal kerja, sehingga diketahui kualitas dan sumber pendanaan modal kerja periode berikutnya.
·         Penentuan jumlah dana yang dibutuhkan sehingga dapat diusulkan keputusan pemberian kredit yang layak dalam arti jumlah yang sesungguhnya dibutuhkan, keamanan pinjaman yang akan diberikan.


Equity Analys
            Analisis dengan mempertimbangkan daya tahan penilaian, dan data peramalan laba. Analisis penilaian ekuitas menekankan laba dan pengukuran akutansi lain untuk menghitung nilai perusahaan. Peramalan laba memperhitungkan kekuatan laba, teknik estimasi dan pengawasan.
A. Daya Tahan Laba
            Analisis keuangan yang baik dapat mengenali komponen laba yang stabil dan dapat di prediksi atas komponen yamg mampu bertahan. Analisis ramalan kekuatan laba untuk penilaian yang handal. Analisis juga harus mewaspadai manajemen laba dan pertahan laba. Manajemen laba dan peralatan laba dapat memperlihatkan stabilitas dan prediksi yang lebih baik di bandingkan dengan karaktersisti sesungguhnya.
A.1. Penyusunan Ulang dan Penyesuaian Laba
            Salah satu aktivitas ekuitas adalah menyusun laba dan komponen laba sehingga dapat memisahkan elemen yang stabil, normal, dan terus_menerus dengan elemen yang acak, tidak tentu, tidak biasa, dan tidak berulang. Penyusunan ulang juga bertujuan mengetahui elemen yang terdapat dalam laba berjalan yang seharus dicakup dalam hasil operasi pada satu atau beberapa periode sebelumnya.
A.1.a. Penyusunan Ulang Laba
            Penyusunan ulang bertujuan menyusun komponen laba guna menyajikan klasifikasi yang lebih bearti dan format yang relevan untuk analisis. Komponen dapat di susun ulang, dibagi, atau di hlangkan pengaruh pajaknya, tetapi totalnya harus direkonsiliasi terhadap laba bersih untuk tiap periode.
A.1.b. Penyesuaian Laba
            Proses penyesuaian menggunakan data dari laporan laba rugi yang disusun ulang dan informai lain yang tersedia untuk meletakan komponen laba pada periode yang lebih layak. Berhati-hati dalam dalam meletakkan pos luar biasa atau tidak basa (setelah di kurangi pajak) pada periode tertentu. Selain itu, manfaat pajak penghasilan dari kerugian operasi ditarik ke depan seharusnya dipindahkan pada tahun terjadinya kerugian.
A.2. Faktor Penentu Daya Tahan Laba
            Setelah menyusun ulang dan menyesuaikan laba., analisis berikutnya akan memnentukan daya tahan lab. Manajemen laba, variabilitas, tren, dan insentif merupakan penentu daya tahan laba yang pontensial.

A.2.a. Tren dan Daya Tahan Laba
            Laba yang mencerminkan tren pertumbuhan yang stabil lebih diinginkan. Tren laba dapat dinilai melalui metode statistic atau melalui penyesuaian tren. Tren laba sering kali mengungkapkan pentunjuk peting mengenai kinerja perusahaan saat ini dan masa dapan dan menilai kualitas manajemen.
A.2.b. Manajemen dan Daya Tahan Laba
            Manajemen laba menggunakan prinsip pelaporan akutansi yang diterima untuk melaporkan hasil tertentu. Diskresi (pilihan) yang tersedia digunakan untuk memilih dan menerapkan prinsip akutansi umtuk tujuan tertentu, dan pilihan ini tidak di ragukan berada dalam kerangka praktik yang berlau umum. Bentuk manajemen laba pada kenyataannya sangat beragam. Berikut beberapa bentuk manajemen yang harus diwaspadai :
Ø  Perubahan metode atau asumsi akutansi
Ø  Menghapus keutungan dan kerugian luar biasa.
Ø  Big baths
Ø  Penrunan nilai
Ø  Menentukan waktu pengakuan pendapatan dan beban.

A.2.c. Pos Laba yang Bertahan dan Sementara
            Penting dalam analisis adalah menilai daya tahan komponen keuntungan dan kerugian laba. Bagian ini menguraikan bagaimana menentukan daya tahan pos tidak biasa dan luar biasa. Analisis dan interprestasi pos sementara, berikut tujuan analisis dan interprestasi pos luar biasa :
Ø  Menentukan apakah suatu pos bersifat sementara.
Ø  Menentukan penyesuaian
Menentukan daya than yang bersifat sementara di suatu pos. dua garis besar yaitu
Ø   Keutungan dan kerugian operasi yang tidak berulang
Ø  Keutungan dan kerugian non-operasi yang tidak berulang
Penyesuaian pos luar biasa yang mencerminkan daya tahan, menganalisis pos sementara adalah mempertimbangkan dampaknya terhadap sumber daya perushaan, dampaknya sebagai berikut
Ø  Dampak pos sementara terhadap sumber daya perusahaan.
Ø  Dampak pos sementara dalam evaluasi manajemen
B. Penilaian Ekuitas Berbasis Laba
            Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak pengguna laporan keuangan. Estimasi nilai yang dapat di handalkan dapat di gunakan untuk membuat keputusan beli/jual/tahan terkait dengan efek, menghitung nilai perusahaan untuk keputusan kredit, estimasi nilai untuk penggabungan usaha, menentukan harga penawaran dan saham perusahaan kepada publik, dan berbagai aplikasi yang bermanfaat lainnya.
C. Kekuatan Laba dan Peramalan untuk Tujuan Penilaian
            Bagian ini memperluas peranan kekuatan dan peramalan untuk tujuan penilaian dan juga membahas penggunaan laporan interim untuk mengawasi dan memperbaiki masukan penilaian

C.1. Kekuatan laba
            Earning power mengacu pada tingkat laba perusahaan yang diharapkan akan terjadi pada masa depan. Dengan sedikit pengecualian, kekuatan laba di akui sebagai factor utama dalam penilaian perusahaan. Model penilaian berbasis akutansi mencangkup kapitabilitas kekuatan laba, dimana kapitalisasi ini melibatkan penggunaan suatu faktor  atau penggandaan yang mencerminkan biaya modal dan taksiran risiko serta pengembalian masa depan.
C.2. Peramalan Laba
            Bagian utama dalam analisis laporan keuangan dan penilaian adalah peramalan laba. Dalam perspektif analisis, evaluasi tingkat laba sangat terkait dengan peramalan laba. Hal ii disebabkan ramalan laba yang relevan melibatkan analisis komponen laba dan penilaian di masa depan. Peramalan laba mengikuti analisis komponen laba dan melibatkan pembuatan estimasi laba masa depan.
C.3. Laporan Interim untuk Pengawasan dan Revisi Estimasi Laba
            Menilai kekuatan laba atau peramalan laba suatu perusahaan bergantung pada estimasi kondisi masa depan. Yang tidak dapat dibuktikan, analisis harus terus mengawasi kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan peramalan dan asumsi terkini. Kita harus merivisi peramalan secara terraturdengan mempertimbangkan kondisi usaha saat ini. Laporan keuangan interim (kurang dari 1 tahun) merupakan sumber informasi yang berharga untuk mengawasi kinerja interim biasanya di terbitkan tiap kuartal dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Namun, tetap harus disadari bahwa laporan interim memiliki beberapa keterbatasan yang terkait dengan kesulitan untuk meletakkan komponen laba pada periode kurang dari 1 tahun.
            Keterbatasan-keterbatasan tersebut dan dampaknya terhadap laporan interim sebagai berikut
Ø  -Penyesuaian akhir tahun
Ø  -Aktivitas usaha musiman
Ø  -Metode pelaporan menyeluruh
Ø  -Persyaratan pelaporan interim
Ø  -Analisis aplikasi laporan interim

Daftar Pusaka  :
            “Analisis Laporan keuangan “ buku 2 , Edisi 10 : K. R Subramanyam , John J. Wild
            “Sistem Informasi Keuangan” : Drs. S. munawir., Ak (2002)

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

Recent Post